CTD atau Conductivity, Temperature, and Depth
Definisi CTD
Prinsip Pengukuran CTD
Prinsipnya teknik
pengukuran pada CTD ini adalah untuk mengarahkan sinyal dan mendapatkan sinyal
dari sensor yang menditeksi suatu besaran, kemudian mendapatkan data dari
metode multiplexer dan pengkodean (decode), kemudian memecah data dengan metode
enkoder untuk di transfer ke serial data stream dengan dikirimkan ke kontrol
unit via cabel. CTD diturunkan ke kolom perairan dengan menggunakan winch disertai seperangkat kabel
elektrik secara perlahan hingga ke lapisan dekat dasar kemudian ditarik kembali
ke permukaan. Pengukuran tekanan pada CTD menggunakan strain gauge pressure monitor atau quartz crystal. Tekanan akan dicatat dalam desibar kemudian tekanan
dikonversi menjadi kedalaman dalam meter. Sensor temperatur yang terdapat pada
CTD menggunakan thermistor, termometer platinum atau kombinasi keduanya. Sensor
salinitas menggunakan sel induktif yang terdapat dalam CTD. Pengukuran data
tercatat dalam bentuk data digital. Semua data di atas tersimpan dalam CTD dan
ditransfer ke komputer setelah CTD diangkat dari perairan atau transfer data
dapat dilakukan secara kontinu selama perangkat perantara (interface) dari CTD ke komputer tersambung.
Cara Kerja CTD
CTD diletakan pada
kerangka Rosette. Kemudian probe dihubungkan dengan kabel elektrik yang ada
kerangka Rosette. Berat dari kerangka Rosette tersebut sekitar 25 Kg. Setelah
semua perangkat di pasang, akan lebih baik jika kita memeriksa keseimbangan
peralatan, jika dipastikan fix maka kita dapat mulai memasukan CTD kedalam
laut.
Langkah-langkahnya
Operasional CTD
1.
Mulai dengan program akuisisi data dan dilengkapi profil
untuk mengidentifikasi data. Disiapkan peralatan yang akan digunakan dan
letakkan botol sesuai dengan prosedur pemasangan.
2.
Setelah kerangka Rosette diletakan pada posisinya dan CTD
(Probe atau rangkaian sensor yang sudah di Set) diletakan di dalamnya, maka
instrumen ini dibawa ke sisi (pinggir) kapal, lalu dihubungkan kabel-kabel
interkoneksinya maka instrumen tersebut siap diturunkan.
3. Setelah CTD siap untuk diturunkan maka kontrol unit di set untuk kondisi ON. Ketika kontrol unit sedang dipersiapkan maka instrumen (Rosette dan Probe) dapat diturunkan pelan-pelan mendekati permukaan air.
4.
CTD mulai diturunkan kedalam air secara pelan-pelan, dan
pada saat inilah rangkaian Probe dan kontrol unit saling berhubungan untuk
merekam data dalam bentuk sinyal analog pada recorder. Pada saat ini juga prosedur akuisisi dimulai dan kerangka
Rosette pada CTD diturunkan dengan
kecepatan tertentu sampai pada kedalaman yang diinginkan.
5.
Pada saat CTD probe diturunkan maka pengiriman data ke
kontrol unit juga di mulai. Perhatikan data yang di dapat dan keadaan kecepatan
penurunannya.
6.
Setelah mendapatkan data yang diinginkan maka stop
penerimaan data dari probe. Berhentikan juga perekaman data pada recorder. Kemudian dapat ditarik ke
permukaan air, dengan catatan tidak ada lagi data yang di kirim oleh CTD dan
dipastikan OFF.
7.
Setelah unit data akuisisi di-Offkan dan instrument
diletakan di atas kapal maka tekan End of
Profile data dan diberhentikan akusisi program. Data yang di dapat bisa
langsung disambungkan ke personal
Computer atau direkam oleh Tipe
Recorder.
8.
Proses pengambilan data selesai.
Komponen CTD
Secara umum, sistem CTD
terdiri dari unit masukan data dan sistem pengolahan
1.
Unit Masukan Data
Unit ini terdiri dari sensor CTD, rosette, botol
sampel, kabel koneksi, dan perangkat tambahan lain. Sensor berfungsi untuk
mengukur parameter karakteristik fisik air laut yang terdiri dari sensor
tekanan, temperatur, dan konduktivitas. Botol sampel berfungsi sebagai wadah
sampel air sedangkan rossete berfungsi untuk mengatur penutupan botol. Kabel
koneksi berfungsi sebagai penompang, dan juga berfungsi sebagai pengantar
sinyal. Telekomando akan memberikan sinyal kepada rossete untuk menutup botol
secara berurutan, setelah mengambil sampel air laut.
2.
Unit pengolah
Unit ini terdiri dari sebuah unit pengontrol CTDS (CTD Sensor) dan komputer
yang dilengkapi perangkat lunak. Unit pengontrol berfungsi sebagai pengolah
sinyal CTD, penampil hasil pengukuran serta pengubah sinyal analog ke digital.
CTD mengontrol setiap kegiatan akuisisi dan pengambilan sampel serta kalibrasi.
Setiap penekanan tombol fungsi sesuai pada menu, maka printer akan mencetak
posisi, kedalaman, salinitas, konduktifitas dan temperatur sehingga kronologis
kegiatan pengoprasian CTD dapat terekam.
Sensor adalah sebuah
piranti yang mengubah fenomena fisika menjadi sinyal elektrik. CTD memiliki
tiga sensor utama, yakni sensor tekanan, sensor temperatur, dan sensor untuk
mengetahui daya hantar listrik air laut (konduktivitas).
a.
Sensor Tekanan
Sensor tekanan merupakan
sensor yang memanfaatkan hubungan langsung antara tekanan dan kedalaman. Sensor
ini terdiri dari tahanan yang berbentuk seperti jembatan wheatsrone kemudian
dinamakan strain gauge. Strain gauge merupakan alat resistansi yang berubah
ketika mendapat tekanan, Tahanan ini akan memegang peranan ketika mendapat gaya
dalam bentuk fisika seperti tekanan, beban (berat), arus dll.
b.
Sensor Temperatur
Sensor temperatur adalah sensor yang berpengaruh
terhadap suatu hambatan, dalam bentuk termistor. Termistor (tahanan termal)
merupakan alat semikonduktor yang berperan sebagai tahanan dengan besar
koefisien tehanan temperatur yang tinggi dan biasanya bernilai negative. Alat
ini terbuat dari campuran Oksida-Oksida logam yang diendapkan seperti mangan,
nikel, kobalt dll.
c.
Sensor Konduktifitas
Sensor konduktifitas
merupakan sensor yang mendeteksi adanya nilai daya hantar listrik di suatu
perairan. Sensor ini merupakan sensor yang terdiri dari tabung berongga dan
empat buah terminal elektroda platina-rhodium di belakang sisinya. Sebagai
sensor yang melewati nilai konduktifitas maka rata-rata hasil proses dalam
pengukuran akan melewati nilai rendah (low pass fliter). Sensor ini akan mulai
mengukur ketika alat telah bergerak masuk kedalam air sampai pada posisi yang
diinginkan. Sebenarnya sensor ini mengukur nilai konduktifitas untuk mengetahui
nilai salinitas atau kadar garam di sebuah perairan sacara tidak langsung.
Kelebihan dan Kekurangan
Sistem CTD sendiri
terdiri dari unit masukan data dan sistem pengolahan. Oleh sebab itu, instrumen
ini memiliki akurasi yang tinggi, walaupun hanya dapat mengukur satu titik di
satu waktu. Ketersediaannya CTD juga tidak sebanding dengan banyaknya kegiatan
survei batimetri. Perawatan dan perbaikan instrumen ini juga masih tergantung
pada produsen, sehingga menghambat kelancaran operasi survei
Keuntungan menggunakan CTD dapat digunakan untuk penginderaan jauh, sangat
akurat karena dapat dikontrol dari atas kapal, ringan (CTD saja), dan dapat
digunakan hingga kedalaman beberapa ribu meter. Kekurangan dari CTD sendiri adalah alatnya kecil, bertenaga
rendah sensor CTD yang
digunakan pada instrumen otonom seperti MP, glider, profil mengapung dan AUVs
lebih kompleks untuk beroperasi, keterbatasan utama adalah kebutuhan untuk
mengkalibrasi sensor individu. Hal ini terutama berlaku untuk instrumen otonom
dikerahkan untuk jangka waktu yang lama. (Kapal-dikerahkan CTDs yang
direferensikan dengan data sampel air yang tidak tersedia secara umum dengan
penyebaran instrumen otonom.) Oleh karena itu, sensor harus stabil untuk
periode penyebaran, atau asumsi tentang sifat-sifat air laut harus dibuat dan
dirujuk ke data sensor.
